Saturday, October 20, 2012

Pelajaran dari Sang Officer


Ini hari sabtu, dan kami masih sibuk menjalani kegiatan PRA bersama masyarakat desa. Ya… ini memang sudah menjadi konsekuensi ketika kita sudah memutuskan untuk bekerja di bidang Community Development a.k.a Pemberdayaan Masyarakat. Kami bekerja untuk melayani mereka dan kegiatan yang kami lakukan pun harus menyesuaikan dengan dinamika yang terjadi di masyarakat.

Yap..  kesempatan kali ini akan saya manfaatkan untuk bercerita mengenai hal-hal baru yang membuat saya surprise beberapa hari yang lalu. 

“Kebahagiaan seorang fasilitator itu: ketika orang yang difasilitasi, berhasil memfasilitasi kembali suatu proses dengan sangat baik”  (Nurhasanah - NPO CAI-MCN)

Sebaris kalimat diatas merupakan kalimat milik officer kami yang akrab disapa Mbak Nu. Kalimat tersebut beliau ucapkan manakala kami berdiskusi mengenai sesuatu yang berbeda diluar dari prediksi kami. Salah satu fasilitator yang telah dilatih mampu memfasilitasi salah satu tools PRA yang tingkat kesulitannya cukup tinggi (Officer kami pun mengakuinya).
“ihh.. whaoow.. Mbak Nu, Abah Edo keren banget!” Itulah kalimat pertama yang keluar ketika seorang Abah Edo berhasil menyelesaikan sesi “Kalender Musim” tepat waktu. Terharu.. itu sudah pasti.

“Hal itu bisa terjadi karena kita memberikan mereka kesempatan dan yakin bahwa mereka bisa”,
Tegas Mbak Nu.



Yap.. pelajaran yang amat sangat berharga. Kata Kuncinya sudah sangat jelas: Memberi Kesempatan dan Yakin. Tak banyak orang yang mempunyai pemikiran seperti itu. Hal ini membuat saya merasa amat sangat beruntung berada 1 tim bersama dengan beliau.

Sampai akhirnya, siang tadi kami bercerita banyak sekali. Ya.. saya menceritakan kekhawatiran ibu manager kami saat pertama kali memulai project pada bulan Maret lalu.

“El, Kalian di Sikka sudah kuat ini tim nya. Ada kamu dan Yovita yang sudah punya pengalaman, PME kalian pun sudah ada. Lengkap lah Pokoknya. Saya masih agak khawatir untuk tim di Dompu karena fasilitatornya dua2nya masih fresh graduated, walaupun ada Mbak Nur yang sudah berpengalaman”.

Ibu manager mengatakan itu ketika saya masih menjalani masa orientasi di CO (Country Office) Jakarta. Jujur saja, kalimat beliau membuat saya merasa “jiper”. Tapi di sisi lain, perkataan beliau menjadi cambuk untuk diri saya.

“Trus kenapa memangnya kalau kami masih fresh graduated? Fresh graduated yang gimana dulu?”

Andai dulu udah jamannya woow.. mungkin saya akan bilang seperti ini, “Trus kenapa mbak, saya mesti salto sambil bilang Wooww gitu”.. hahaha Ngawuurrr.. Balik lagi ke topik semula.

“Kalau begitu, saya akan buktikan bahwa kami bukanlah fresh graduated sembarangan dan tidak selamanya merekrut orang yang sudah berpengalaman menjadi jaminan keberhasilan suatu program”.

Mungkin saya dan Mbak Arie masih tergolong orang yang idealis. Tentu saja, karena kami masih muda dan orientasi kerja kami bukan hanya sekedar mencari pemenuhan materi. Ada misi yang yang harus kami selesaikan ketika kami sudah memutuskan untuk memulai, dan ada tanggung jawab moral yang harus kami penuhi disana.

Dan.. waktu 6 bulan.. terlewati sudah…

Sampai akhirnya mbak Nu menceritakan tentang review IAP part #2 nya dari ibu manager. Beliau tidak memberitahu banyak, hanya sebuah kalimat singkat yang menyatakan bahwa “Tim Dompu sudah bagus”.

“Kalian sudah belajar banyak dan berkembang sangat pesat selama 6 bulan ini”. Ujar Mbak Nu.

Ya.. setidaknya kami selangkah lebih maju dari tim Sikka dalam hal Spending dan banyaknya implementasi kegiatan yang sudah dilakukan. Meskipun dengan segala keterbatasan yang kami miliki. Mendengar berita itu membuat senyum saya kembali merekah.

“Apa saya pernah sedikitpun mengeluh tentang kinerja kalian selama ini?”

‘Nggak, Mbak Nu”.

“Saya tidak akan membatasi akses kalian untuk berinteraksi langsung dengan para petinggi di CO (baca: Ibu Manager cs). Jangan terlalu kaku lah, hanya karena kalian adalah NPF dan itu sebenarnya merupakan tugas seorang Officer untuk berkoordinasi langsung dengan PM. Buktinya saya membiarkan kalian belajar membuat dan mengirim TOR langsung ke ibu manager, dan bahkan Arie pun sampai berdiskusi panjang hampir 20 menitan di telepon”.
Kami pun tertawa lepas.

“Kalian buat TOR, kirim langsung. Diklarifikasi sama project Manager. PM Oke, Approve.. Kegiatan jalan!!!”, Tukas mbak Nu yang menanggapi cerita teman seprofesinya di Sikka yang saat ini sedang kebingungan soal kegiatan.

“Apakah Yulia sudah berhasil membuktikan sekarang?”
 “Ya.. saya akan berusaha membuktikan mbak Nu”.
“Kalau saya jadi Yulia, saya tidak akan menjawab seperti itu”
“Trus saya mesti jawab apa mbak Nu?”
“Kalau saya jadi Yulia ketika ditanya seperti itu saya akan menjawab: Ya.. saya sudah berhasil membuktikannya sekarang!
Mbak Nu pun tersenyum.

(Sempat terbengong beberapa saat.. sampai akhirnya saya mengerti maksud dari ucapannya Mbak Nu) :)

Dan.. lagi-lagi saya terharuuuuuu!!! Aaahhh.. Mbak Nuu…

Kami tidak butuh officer yang tidak hanya sekedar kaya akan pengalaman,
Kami tidak butuh officer yang  banyak mengeluh,
Karena kami sudah memiliki officer yang memberikan kami kesempatan yang seluas-luasnya untuk belajar dan berkembang melalui sebuah proses, dan yakin kalau kami mampu melakukannya.

Terima kasih mbak Nu :)



2 comments:

  1. Mengutip salah satu dialog di acara 'Justin Bieber: Never Say Never',...

    Banyak pihak yang meremehkan kami, dan saya hanya bisa berharap bahwa hal itu akan berlangsung terus menerus, karena dari sanalah kami mendapat kekuatan untuk terus berjuang, tanpa menyerah, sebelum kami mencapai keberhasilan itu... :)

    ReplyDelete