Friday, October 11, 2013

Pada akhirnya, mencari yang nyaman!


Mau menulis entah memulainya dari mana. Positif deh minggu ini adalah minggu tergalau yang pernah saya alami selama kurun waktu 6 bulan belakangan ini. Lagi dan lagi, saya harus “kehilangan” mitra, sahabat sekaligus saudara yang membuat saya amat sangat merasa nyaman berada di kota ini. Mungkin perjalanan kemarin merupakan salah satu bentuk klimaks dari kebersamaan kami selama ini. Puncak dari semua proses pemahaman yang baik, hingga akhirnya kita sampai kembali pada suatu titik bahwa semua yang ada di dunia ini pasti berotasi, pasti berganti. Tidak hanya bumi saja yang berputar, pun manusia juga akan mengalaminya.

Perjalanan kemarin itu perjalanan yang “emejiiing” menurut saya. Banyak hal-hal unik yang didapat, banyak momen indah tercipta dan tentu saja banyak pelajaran tersirat yang bisa saya petik di dalamnya. Ah iya.. bicara tentang jodoh memang benarlah kata pepatah. “Tak peduli seberapa jauh jarak yang membentang, tak peduli dia berada di belahan bumi bagian kutub sekalipun, jika ia memang jodohmu, ia pasti akan kembali padamu”. Itu yang terjadi pada Mbak Ayu dan Mas Gede yang akhirnya mengkukuhkan diri pada satu ikatan sacral bernama pernikahan.

Ada yang menggelitik di hati saat mendengar keputusan mbak bahwa ia akan ikut suami di Lunyuk. Otomatis, dengan kata lain dia akan pindah, menetap dan menghabiskan hari tua di bumi Sumbawa bagian selatan itu.  Berpisah dengan keluarga di Dompu berates-ratus kilometer, menghabiskan waktu 7-8 jam perjalanan, dan harus menempuh waktu 3-4 jam untuk menuju ibukota kabupaten. Semua itu dilakukan atas dasar kecintaan dan pengabdian terhadap pasangannya kini.

“Aku bersedia menua bersama mu dan menjadi ibu dari anak-anak kita”, sebuah kalimat romantis yang saya dapatkan di akun twitternya.

Mungkin itu yang dinamakan “The Power of Love”. Asalkan bersama orang yang dicintai, semua rintangan pasti akan teratasi. Apalagi bila melewatinya bersama dengan orang yang benar-benar membuat kita nyaman, dan membuat kita merasa jadi diri sendiri. Itu sesuatu hal yang cukup sulit untuk dicari. Itulah yang membedakan kita dengan anak remaja masa kini. Jika pada saat remaja orientasi mencari pasangan hidup adalah melihat “siapa kamu?? atau “Apa yang kamu punya/bisa?”, kini orientasi itu mulai berubah.

Jujur, saya pun merasa demikian. Jika dulu kita berpikir, “Kamu hebat, aku juga akan berusaha menghebatkan diri agar aku pantas bersanding denganmu”. Mulailah kita berusaha membuat dia senang, melakukan apa yang dia sukai, rela mengalah asalkan demi kebaikannya. Itu semua tanpa terasa membuat kita belajar memahami orang lain sekaligus membuat kita menjadi tidak memahami diri kita sendiri. Mengabaikan kebahagiaan diri sendiri untuk seseorang yang dirasa “hebat”.

Waktu demi waktu berlalu, persinggahan demi persinggahan di lalui, diskusi demi diskusi coba tuk diresapi, curhatan demi curhatan coba tuk diambil pelajaran, hingga akhirnya saya berada pada suatu kesimpulan, “ternyata bukan seperti itu yang saya cari, bukan seperti  ini yang saya inginkan”. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya saya nanti jika hal itu saya alami sepanjang hidup saya. Lelah itu pasti, yang lebih menyakitkan adalah rasa penyesalan karena tanpa sadar membiarkan diri kita tersiksa oleh sesuatu yang awalnya terlihat indah.

“Ah iya.. aku ingin bersamamu..”

“Bersama seseorang yang selalu membuatku rindu”

“Rindu akan belaian kasih sayang mu”

“Rindu dengan semua tingkah dan polahmu yang mampu membuatku menyunggingkan senyuman”

“Tak peduli jika aku harus membangun semua dari nol bersamamu”

“Tak peduli jika nanti nya aku akan jadi wanita biasa-biasa saja”

“Biasa bagi yang lain, tetapi luar biasa bagimu”

“Sehingga aku bisa terus berbahagia bersamamu setiap hari”

“Aku ingin menjadi bagian dari tanggung jawabmu”

“Menjadi seseorang yang paling engkau khawatirkan”

“Sekaligus menjadi seseorang yang mampu menguatkanmu disaat tak ada harapan sekalipun”.

“Aku tidak akan tergesa-gesa lagi kali ini”

“Aku akan sabar menanti, sampai akhirnya engkau pun menyadari bahwa akulah yang selama ini kau cari”


"Hey kamu.. iya kamuuuu..."

"Cepatlah sadar.. Segeralah kemari.. bidadarimu ini selalu menunggumu disini" :))
 

No comments:

Post a Comment