Monday, July 30, 2012

Titip Rindu Buat Ortu


Entah mengapa beberapa hari belakangan ini, saya merasakan kerinduan yang teramat dalam. Rasa rindu yang sedemikian dahsyatnya dan membuncah ruah. Tidak perduli meski harus dibilang “alay” karena terlalu “lebay”. Tapi memang ini yang saya rasakan sekarang.

Sudah hampir 5 bulan saya meninggalkan rumah, meninggalkan orang-orang yang saya sayangi. Meninggalkan kota Jakarta tempat saya ditempa dan dididik sampai sebesar ini. Banyak orang bilang kalau “Jakarta, ibukota yang kejam”. Ya.. memang kejam.. Saking kejamnya sampai membuat saya rindu dengan semua keluh kesah yang ada di dalamnya.Cara saya meninggalkan mereka mungkin bisa dibilang juga sedikit kejam. Betapa tidak, saya seakan diberangkatkan paksa tanpa bisa “bermanja-manja” sejenak dengan mereka. Aaahh.. sudahlah. Tak ingin saya ingat-ingat lagi rasanya.

Dari sekian banyak yang dirindukan dari Jakarta sudah pasti adalah rumah saya. Rumah mungil di pusat kota dan ditengah pemukiman “kumuh” ini benar-benar menjadi pusat kerinduan saya. Betapa tidak?? Disana tinggal sepasang suami istri yang sudah lanjut usia. Bertahan menjalani hari-hari tuanya dengan penuh pengharapan menanti “sang anak” kembali. Pasti tak henti-henti doa tulus dan suci dipanjatkan hanya untuk saya seorang.

Kalau boleh dibilang, ini  adalah “homesick” saya yang paling parah. Gilaaaaaaa!!!

Saya tahu, biarpun tak ada saya, bapak-ibu sudah pasti banyak yang menjaga. Mulai dari saudara hingga tetangga.. tapi saya tahu pasti,, ditengah keriuhan suasana disana. Beliau pasti kesepian. Biarpun ramai tapi keramaian itu tetap tak sama. Saya baru menyadari, Mengapa orang-orang rela mengantri berjam-jam hingga menginap di stasiun dan terminal hanya untuk mendapatkan selembar tiket bertuliskan “kota tujuan”?

Ya.. akhirnya saya mampu merasakan hal yang sama dengan mereka. Kerinduan yang tak tergantikan oleh apapun. Biarpun harus berdesak-desakan, biarpun harus meneteskan peluh didahi dan biarpun mereka harus terinjak-injak, asalkan bisa bertemu dengan orang tua dan sanak famili, semua yang dirasakan menjadi tidak berarti.

“Ya Rabb.. izinkan saya setidaknya mengirimkan rindu ini sejenak untuk bapak dan ibu. Engkau Maha Mengetahui apa yang ada dalam hati hamba saat ini. Hamba sedang sangat menantikan saat-saat pertemuan dengan mereka. Saat dimana semua rasa dan asa menjadi sama, dan saat dimana tangis haru dan tawa bahagia melebur menjadi satu”.  

“Ya Rabb.. berikanlah selalu kesehatan untuk beliau berdua. Jagalah mereka dari marabahaya. Sehatkan selalu jasmani mereka meski kini usia mereka sudah renta”.

“Ya Rabb.. maafkan hamba karena hamba belum mampu menjaga mereka. Maafkan hamba karena masih harus membuat mereka berusaha keras untuk menjalani hidup bersusah payah tanpa hamba. Maafkan hamba karena sampai detik ini hamba merasa masih belum mampu membuat beliau berdua bahagia. Maafkan hamba ya Allah, maafkan...”.

“Ya Rabb.. seandainya Engkau masih mengizinkan hamba bertemu dengan mereka, pertemukanlah kami dalam suasana bahagia. Pertemukanlah kami dalam keadaan sehat wala’fiat. Pertemukan kami dalam keadaan menggembirakan dan penuh sukacita meskipun pertemuan kami tidaklah lama. Jadikanlah pertemuan kami pertemuan yang berkualitas, agar tangis dan airmata yang mengalir dari kedua pelupuk mata kami tidaklah sia-sia”.  

“Robbighfirlii waliwaalidayya Warhamhuma kama robbayaani soghiiran”. 


11 Ramadhan 1433 Hijriyyah
Di keheningan malam yang telah larut

7 comments:

  1. Cukup bisa membuat terharu, *Imajinasikan*, T_T

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sopo maneh iki... mas "iih.. whaaow", kalo gak mas gandi ya kak baha.. ato mbak arie... hahaha :D

      Delete
    2. Eh gambarnya lucu, gambar sendiri kah?? :-D

      Delete
    3. Aamiin, untuk semua doanya, semoga dikabulkan-NYA, Aamiin...

      Delete
    4. Gambar yang mana?? bukan.. itu gambar boleh nyomot dari mbah google.. hehehe

      Delete
  2. 5 bulan.. ?
    saya 4,5 tahun.. :)

    memang, momentum ramadhan pertama ketika jauh dari rumah adalah : kagok..

    kagok tidak ada yang mengingatkan tentang sahur..
    kagok tidak ada yang menyiapkan berbuka puasa.. :)

    ReplyDelete
  3. Semangat mbak :D
    u can do it!
    Banggain mereka, Allah juga menjaga mereka :))

    ReplyDelete