Saturday, June 30, 2012

Woko, Disini Kami Belajar!


Desa Woko merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Pajo, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat. Desa Woko ini merupakan salah satu desa yang menjadi tujuan UPT.  (UPT apa ya?) mungkin “unit Pelayanan Transmigrasi” kali ya? hehehe. Desa Woko terdiri dari 3 dusun yaitu dusun Woko Atas, dusun Patuh Padakena dan dusun Woko Rahmat. Jarak antara satu dusun ke dusun yang lain kalau boleh dibilang lumayan jauh. Kondisi jalan yang berbatu-batu dan belum diaspal membuat siapapun orang baru yang datang ke tempat ini harus lebih berhati-hati. Percaya deh sama kata-kata saya ini, karena saya sendiri pun sudah pernah mengalami “apes” nya jatuh dari sepeda motor dalam perjalanan antar dusun. Ada perasaan yang berbeda ketika pertama kali menyambangi desa ini. Desa ini terlihat sepi dan rumah penduduknya pun saling berjauhan. Belakangan kami baru tahu bahwa memang setiap kepala keluarga disini memiliki rata-rata luas pekarangan sebesar 50 x 100 m. Wow.. bisa dibayangkan dong betapa luasnya? Belum lagi untuk kepemilikan kebunnya mungkin bisa lebih dari itu (Geleng-geleng).

Mayoritas penduduk disini adalah transmigran yang berasal dari Lombok, Jawa dan Bali. Tak heran jikalau disini terdapat Pura tempat masyarakat Hindu beribadah. Desa Woko memiliki potensi alam yang terbilang cukup luar biasa. Mengapa demikian, disamping rata-rata tiap keluarganya punya kebun yang luas yang sudah ditanami aneka macam sayur dan buah, desa Woko juga memiliki air yang berlimpah, dan air terjun “Kantuntora” merupakan salah satu buktinya.  
Air Terjun Kantuntora

Masyarakat desa Woko sebagian besar berprofesi sebagai petani.  Etos kerja masyarakat Woko tergolong cukup tinggi. Tidak hanya laki-laki saja yang bekerja, para ibu rumah tangga pun ikut membantu suaminya bekerja di ladang/kebun mereka. Inilah salah satu penyebab anak kurang mendapat perhatian yang lebih dari orang tua. Tidak seperti masyarakat desa lainnya yang ada di kecamatan Pajo, masyarakat desa Woko tidak memiliki pekerjaan sampingan seperti ojek maupun sebagai pencari rumput laut manakala mereka masuk musim paceklik dan hasil panen mereka kurang bagus. Mereka hanya mengandalkan makan dari hasil kebun dan hasil ternak mereka sendiri, Untuk konsumsi sayur dan buah mereka memang berlimpah, tapi dari segi konsumsi lauk seperti ikan, tempe, tahu dan kacang-kacangan lain mereka harus menunggu adanya penjual yang mendatangi desa mereka. Untuk mendapatkan lauk seperti tadi pun mereka terkadang masih melakukan sistem barter seperti hasil padi atau hasil sayur mereka ditukar dengan ikan.

Selama 4 hari kemarin, mulai dari tanggal 26-29 Juni 2012 kami banyak menghabiskan waktu di desa ini untuk melaksanakan kegiatan PRA (Participatory Rural Appraisal). Ini merupakan salah satu tahap awal dalam proses implementasi project nutrisi untuk kabupaten Dompu. PRA di desa Woko ini merupakan kali kedua dalam rangkaian kegiatan PRA yang akan kami lakukan di 10 desa dampingan Plan Indonesia Program Unit Dompu. PRA??? Participatory Rural Appraisal bila di Indonesiakan mungkin artinya kurang lebih seperti ini “Pengkajian Desa Secara Partisipatif”. PRA merupakan suatu proses belajar bersama dengan masyarakat untuk mengetahui keadaan dan kondisi wilayahnya dengan maksud untuk mendorong masyarakat yang terabaikan agar mampu meningkatkan kualitas hidup mereka melalui program pengembangan yang ada. Kalau mau lebih jelasnya tentang PRA nanti akan ada topiknya sendiri.

Seperti yang sudah disebutkan dalam undangan kemarin kalau kegiatan PRA untuk desa Woko akan dilaksanakan di Posyandu Makarti II, dusun Patuh Padakena. Posisi Posyandu Makarti II kalau boleh dibilang terletak ditengah-tengah desa. Kami tiba di Posyandu ini tepat pada pukul 09.00 Waktu Indonesia bagian Tengah. Ternyata para peserta sudah banyak yang hadir, luar biasaa… Sampai malu sendiri rasanya karena karena di undangan pun di jadwalkan kegiatan dimulai pada pukul 08.00 WITA. Hehehe... Peserta yang hadir pada PRA kali ini berjumlah 14 orang, dengan komposisi 2 Kadus, 1 staf desa, 5 remaja dan sisanya adalah kader. Seperti biasa acara dibuka oleh mbak Nur selaku Project Officer dengan penjelasan umum tentang PRA. Oia, PRA di desa Woko ini juga dibantu oleh seorang fasilitator dari luar Plan yaitu Bapak Aminuddin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Dompu. Seharusnya fasilitator yang mendampingi kami di desa ini ada 3 orang, namun karena ada sesuatu dan lain hal banyak yang tidak bisa ikut.

Hari pertama PRA di desa Woko diisi dengan kegiatan “Mapping” atau “Pemetaan”. Pada proses mapping ini peserta diminta untuk menggambar peta wilayah desa Woko secara keseluruhan beserta dengan rumah, jalan penghubung, fasilitas umum dan juga lahan perkebunan. Peserta dibagi menjadi 3 kelompok sesuai dengan dusun tempat tinggal mereka. Seperti biasanya, proses mapping pasti berlangsung seru. Yang menjadikannya seru adalah ketika proses pewarnaan dan proses penentuan rumah-rumah penduduk. Aduuhh.. kalau sudah sampai dalam tahap ini, mulut tidak akan berhenti-hentinya tertawa. Satu hal yang membuat kami takjub adalah, mereka hafal semua warga yang tinggal didusun tersebut. SALUUUUUUUUUTTTTTTT!!! Kalo di Jakarta, mana ada orang-orang yang seperti mereka. Kebanyakan orang-orang yang tinggal di kota sudah individualistis dan kurang memperhatikan orang lain termasuk tetangganya. Jujur, ini menjadi sebuah tamparan keras dan pelajaran berharga bagi saya khususnya, karena mungkin saya adalah 1 dari sederetan orang kota yang bersikap seperti itu (Maluuuuu meennn…)
Mapping bersama Peserta dipandu mbak Arie Mechiiii

Hari kedua PRA, topik penggalian masalah nya pun berbeda. Kali ini kami menggunakan 2 alat bantu PRA yaitu kalender musim dan diagram venn (diagram kelembagaan). Peserta pun dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama membahas tentang kalender musim yang dipandu oleh mbak Nur dan saya, sedangkan kelompok kedua membahas tentang diagram venn yang dipandu oleh mbak Arie dan pak Amin. Kalender musim adalah salah satu alat PRA yang digunakan untuk menggali baik itu permasalahan maupun informasi pada musim-musim tertentu. Informasi yang digali pada kalender musim ini lebih kepada masalah gizi seperti adakah perbedaan ketersediaan pangan di tingkat masyarakat dan di tingkat rumah tangga berdasarkan musim? Adakah perbedaan pola asuh dan pola pemberian makanan pada balita? dan adakah teknik-teknik tertentu dari masyarakat untuk menghadapi keterbatasan akses pada makanan, konsumsi dan ketersediaan makanan selama musim-musim tertentu. 

Diagram venn digunakan untuk mengetahui hubungan suatu institusi/lembaga yang ada atau memiliki program di desa tersebut dengan masyarakat. Tujuan dari alat ini adalah untuk mengetahui pengaruh masing-masing lembaga dalam kehidupan masyarakat serta untuk mengetahui harapan-harapan dari masyarakat untuk keberlanjutan hubungan kedua belah pihak kedepannya. Setelah istirahat makan siang dilanjut dengan pengenalan metode baru yang coba untuk dikembangkan oleh Plan Indonesia kaitannya dengan “BIAAG Campaign” yaitu Metode Pengembangan Aset yang lebih dikenal dengan “Asset Building Methodology”.
Sedang melakukan refreshing  dengan Games "Tembak Negara"

Hari ketiga PRA mengalami kendala. Ternyata sebagian besar peserta tidak hadir dikarenakan ternyata mereka mendapat undangan dari kecamatan untuk melakukan proses pembuatan e-KTP. Haduuuhh.. jadwal yang sudah direncanakan, harus dirombak total. Oke… hari ketiga kali ini cukup diisi dengan proses analisis masalah serta pembuatan rencana aksi/POA (Plan of Action) dengan peserta yang hadir ala kadarnya. Hari keempat PRA, jumlah peserta kembali seperti semula yaitu 13 orang, hanya 1 yang tidak hadir, lagi-lagi karena e-KTP, tapi yasudahlah bukan termasuk masalah yang besar kok. 

Hari keempat PRA ini masih diisi dengan penyusunan rencana aksi. Ada 2 POA yang menurut saya menarik untuk dibahas. Yang pertama adalah rencana aksi untuk membentuk “Posyandu Remaja”, Wooww.. Ide brilliant sekali menurutku. POA ini berhasil dicetuskan oleh para peserta mengingat selama ini mereka hanya melihat para balita saja yang dipantau perkembangan, pertumbuhan dan kesehatannya. Sedangkan untuk anak diatas 5 tahun sudah tidak dipantau lagi, padahal banyak anak-anak yang lebih dari umur itu terserang sakit dan terlihat kurus. Selain itu, Posyandu ini diharapkan dapat menjadi salah satu tugas dan tanggung jawab Karang taruna desa Woko yang baru saja terbentuk. Terima kasih untuk duet maut nya peserta PRA dan mbak Arie Ramadhaani selaku fasilitator sebagai pihak yang mencetuskan ide luar biasa itu. 

POA kedua yang menurutku menarik adalah “Budidaya ikan air tawar” sebagai salah satu upaya dalam proses pemanfaatan pekarangan. Kalau di desa-desa lain, denplot untuk  pemanfaatan pekarangan lebih ditekankan kepada pemanfaatan untuk penanaman  komoditi sayur dan buah, akan tetapi di desa Woko ini berbeda. Seperti ulasan pada awal paragraf sebelumnya, masing-masing kepala keluarga rata-rata sudah bisa memanfaatkan lahan pekarangan nya sehingga untuk stok sayur dan buah mereka cukup berlimpah. Mengapa harus ikan? Karena mereka memang kesulitan untuk mendapatkan ikan-ikan tersebut (masyarakat Woko sebagian besar tinggal di perbukitan dan jauh dari laut).
Diskusi ABM

Setelah semua POA tersusun, tibalah pada proses final dari seluruh rangkaian kegiatan PRA yaitu pembentukan tim desa yang nantinya akan bekerja bersama dengan Plan untuk menangani permasalahan gizi yang ada di desa mereka. Tim ini nantinya diharapkan mampu untuk menjadi garda terdepan yang bertanggung jawab untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa Woko khususnya di bidang kesehatan dan gizi. Terpilihlah bapak Lalu Tawakkal Wardana sebagai Ketua. Pembentukan tim dilanjutkan dengan pemilihan anggota-anggota yang lain. Tim desa ini diberi nama tim “Woko ASRI”  kepanjangan dari (Anak Sehat Remaja Idaman). Sebuah nama yang cukup unik. Ya.. sangat unik, sama seperti orang-orangnya.
Para Punggawa Pengawal Garda Depan Woko
Bapak Ketua Terpilih



Terima kasih bapak-bapak, ibu-ibu, mas dan mbak!!


4 hari belajar bersama dengan orang-orang luar biasa…
4 hari belajar bersama dengan orang-orang yang menyenangkan…
4 hari belajar bersama dengan orang-orang cerdas..
4 hari belajar bersama dengan orang-orang unik..
4 hari belajar bersama dengan orang-orang yang penuh ciri khas dan berkarakter satu sama lain..

4 hari yang memberikan banyak pembelajaran berharga untuk saya. Betapa beruntungnya saya bisa mengenal mereka. Satu hal yang begitu membekas dalam ingatan saya tatkala pak Lalu menyampaikan kesan dan pesannya dalam kegiatan ini, “Semoga kegiatan Plan tidak hanya sampai disini saja, tapi bisa terus berlanjut. Semoga program Plan yang lain juga bisa masuk lebih banyak di sini. Anggaplah desa kami sama seperti desa yang lain sehingga kami tidak lagi merasa termarginalkan”. Ya Tuhan, sebuah pesan yang cukup singkat, tetapi begitu membekas dalam ingatan. 

Memang kalau boleh dibilang desa Woko merupakan desa yang baru saja didampingi oleh Plan Dompu kira-kira sekitar tahun 2010. Masih baru sekali dibanding desa-desa lain yang sudah bertahun-tahun didampingi oleh Plan bahkan semenjak Plan masuk di kabupaten Dompu. Kalau melihat desa-desa lain yang mungkin sudah maju, sudah punya komite ini itu, sudah punya Perda, sudah menerapkan ini dan itu. Sedangkan di Woko??? Layaknya seperti bayi yang baru belajar merangkak. Mereka butuh dampingan lebih, mereka juga butuh intervensi lebih mendalam, padahal tak lama lagi Plan Indonesia akan meninggalkan kabupaten Dompu dan menerapkan intervensi di kabupaten lain. Inilah sebenarnya alasan mendasar yang membuat saya tetep “kekeuh” menjadikan desa Woko sebagai desa pilot untuk CAI-MCN Project.

Keinginan itu semakin kuat manakala mendengar pesan dan harapan dari peserta PRA. Saya tahu, ini tidaklah mudah, apalagi mengingat akses menuju desa Woko yang terbilang cukup sulit, keadaan lingkungan, jarak yang membentang antara satu dengan yang lainnya, membuat semua harapan itu menjadi sesuatu hal yang agak mustahil untuk direalisasikan. Walaupun demikian, saya tetap optimis. Ada semangat membara dibalik tawa mereka, ada keinginan yang kuat untuk maju dari candaan mereka, dan ada hasrat untuk bangkit dari keterpurukan dibalik senyum ramah tak tergantikan.
 
Semoga kedepannya diberikan kemudahan oleh Allah SWT.  Amiin ya Robbal A’lamiin..

Orang yang beruntung adalah mereka yang keadaannya pada hari ini senantiasa lebih baik dari hari-harinya kemarin…
Merekalah yang memaknai kata belajar dalam pengertiannya yang mendalam, untuk kemudian punya keinginan untuk berubah dan maju menyongsong tantangan ….
Wallahua’alam Bis Showab

4 comments:

  1. Whaowww...

    Membaca ini, mengingatkanku kalo notulensi punyaku belum direkapp dan diperbaiki. Yakkk.. terimakasii sudah mengingatkan hal yang menyakitkan itu nakk.. *hiks* :P

    ReplyDelete
  2. uih..keren y mbak bekerja pada suatu NGO.,
    banyak hal2 baru yang berbeda dengan teori yg tlah di ajarkan.,
    jadi pengen,langsung bersinggungan sma masyarakat. :D

    ReplyDelete
  3. nice post :)
    ditunggu kunjungan baliknya yaah ,

    ReplyDelete