Desa Woko
merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Pajo, Kabupaten Dompu, Nusa
Tenggara Barat. Desa Woko ini merupakan salah satu desa yang menjadi tujuan
UPT. (UPT apa ya?) mungkin “unit
Pelayanan Transmigrasi” kali ya? hehehe. Desa Woko terdiri dari 3 dusun yaitu
dusun Woko Atas, dusun Patuh Padakena dan dusun Woko Rahmat. Jarak antara satu
dusun ke dusun yang lain kalau boleh dibilang lumayan jauh. Kondisi jalan yang
berbatu-batu dan belum diaspal membuat siapapun orang baru yang datang ke tempat
ini harus lebih berhati-hati. Percaya deh sama kata-kata saya ini, karena saya
sendiri pun sudah pernah mengalami “apes” nya jatuh dari sepeda motor dalam
perjalanan antar dusun. Ada perasaan yang berbeda ketika pertama kali menyambangi
desa ini. Desa ini terlihat sepi dan rumah penduduknya pun saling berjauhan.
Belakangan kami baru tahu bahwa memang setiap kepala keluarga disini memiliki
rata-rata luas pekarangan sebesar 50 x 100 m. Wow.. bisa dibayangkan dong
betapa luasnya? Belum lagi untuk kepemilikan kebunnya mungkin bisa lebih dari
itu (Geleng-geleng).
Mayoritas penduduk disini adalah transmigran yang berasal dari Lombok, Jawa dan Bali. Tak heran jikalau disini terdapat Pura tempat masyarakat Hindu beribadah. Desa Woko memiliki potensi alam yang terbilang cukup luar biasa. Mengapa demikian, disamping rata-rata tiap keluarganya punya kebun yang luas yang sudah ditanami aneka macam sayur dan buah, desa Woko juga memiliki air yang berlimpah, dan air terjun “Kantuntora” merupakan salah satu buktinya.
Air Terjun Kantuntora |
Masyarakat desa Woko sebagian besar berprofesi
sebagai petani. Etos kerja masyarakat
Woko tergolong cukup tinggi. Tidak hanya laki-laki saja yang bekerja, para ibu
rumah tangga pun ikut membantu suaminya bekerja di ladang/kebun mereka. Inilah
salah satu penyebab anak kurang mendapat perhatian yang lebih dari orang tua.
Tidak seperti masyarakat desa lainnya yang ada di kecamatan Pajo, masyarakat
desa Woko tidak memiliki pekerjaan sampingan seperti ojek maupun sebagai pencari
rumput laut manakala mereka masuk musim paceklik dan hasil panen mereka kurang
bagus. Mereka hanya mengandalkan makan dari hasil kebun dan hasil ternak mereka
sendiri, Untuk konsumsi sayur dan buah mereka memang berlimpah, tapi dari segi
konsumsi lauk seperti ikan, tempe, tahu dan kacang-kacangan lain mereka harus
menunggu adanya penjual yang mendatangi desa mereka. Untuk mendapatkan lauk
seperti tadi pun mereka terkadang masih melakukan sistem barter seperti hasil
padi atau hasil sayur mereka ditukar dengan ikan.
Selama 4 hari kemarin, mulai dari tanggal 26-29 Juni 2012 kami banyak menghabiskan waktu di desa ini untuk melaksanakan kegiatan PRA (Participatory Rural Appraisal). Ini merupakan salah satu tahap awal dalam proses implementasi project nutrisi untuk kabupaten Dompu. PRA di desa Woko ini merupakan kali kedua dalam rangkaian kegiatan PRA yang akan kami lakukan di 10 desa dampingan Plan Indonesia Program Unit Dompu. PRA??? Participatory Rural Appraisal bila di Indonesiakan mungkin artinya kurang lebih seperti ini “Pengkajian Desa Secara Partisipatif”. PRA merupakan suatu proses belajar bersama dengan masyarakat untuk mengetahui keadaan dan kondisi wilayahnya dengan maksud untuk mendorong masyarakat yang terabaikan agar mampu meningkatkan kualitas hidup mereka melalui program pengembangan yang ada. Kalau mau lebih jelasnya tentang PRA nanti akan ada topiknya sendiri.
Seperti yang
sudah disebutkan dalam undangan kemarin kalau kegiatan PRA untuk desa Woko akan
dilaksanakan di Posyandu Makarti II, dusun Patuh Padakena. Posisi Posyandu
Makarti II kalau boleh dibilang terletak ditengah-tengah desa. Kami tiba di
Posyandu ini tepat pada pukul 09.00 Waktu Indonesia bagian Tengah. Ternyata
para peserta sudah banyak yang hadir, luar biasaa… Sampai malu sendiri rasanya
karena karena di undangan pun di jadwalkan kegiatan dimulai pada pukul 08.00
WITA. Hehehe... Peserta yang hadir pada PRA kali ini berjumlah 14 orang, dengan
komposisi 2 Kadus, 1 staf desa, 5 remaja dan sisanya adalah kader. Seperti
biasa acara dibuka oleh mbak Nur selaku Project Officer dengan penjelasan umum
tentang PRA. Oia, PRA di desa Woko ini juga dibantu oleh seorang fasilitator
dari luar Plan yaitu Bapak Aminuddin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Dompu.
Seharusnya fasilitator yang mendampingi kami di desa ini ada 3 orang, namun
karena ada sesuatu dan lain hal banyak yang tidak bisa ikut.
Hari pertama PRA
di desa Woko diisi dengan kegiatan “Mapping” atau “Pemetaan”. Pada proses
mapping ini peserta diminta untuk menggambar peta wilayah desa Woko secara
keseluruhan beserta dengan rumah, jalan penghubung, fasilitas umum dan juga
lahan perkebunan. Peserta dibagi menjadi 3 kelompok sesuai dengan dusun tempat
tinggal mereka. Seperti biasanya, proses mapping pasti berlangsung seru. Yang
menjadikannya seru adalah ketika proses pewarnaan dan proses penentuan rumah-rumah
penduduk. Aduuhh.. kalau sudah sampai dalam tahap ini, mulut tidak akan
berhenti-hentinya tertawa. Satu hal yang membuat kami takjub adalah, mereka
hafal semua warga yang tinggal didusun tersebut. SALUUUUUUUUUTTTTTTT!!! Kalo di
Jakarta, mana ada orang-orang yang seperti mereka. Kebanyakan orang-orang yang
tinggal di kota sudah individualistis dan kurang memperhatikan orang lain
termasuk tetangganya. Jujur, ini menjadi sebuah tamparan keras dan pelajaran
berharga bagi saya khususnya, karena mungkin saya adalah 1 dari sederetan orang
kota yang bersikap seperti itu (Maluuuuu meennn…)
Mapping bersama Peserta dipandu mbak Arie Mechiiii |
Hari kedua PRA,
topik penggalian masalah nya pun berbeda. Kali ini kami menggunakan 2 alat
bantu PRA yaitu kalender musim dan diagram venn (diagram kelembagaan). Peserta
pun dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama membahas tentang kalender
musim yang dipandu oleh mbak Nur dan saya, sedangkan kelompok kedua membahas
tentang diagram venn yang dipandu oleh mbak Arie dan pak Amin. Kalender musim
adalah salah satu alat PRA yang digunakan untuk menggali baik itu permasalahan
maupun informasi pada musim-musim tertentu. Informasi yang digali pada kalender
musim ini lebih kepada masalah gizi seperti adakah perbedaan ketersediaan
pangan di tingkat masyarakat dan di tingkat rumah tangga berdasarkan musim?
Adakah perbedaan pola asuh dan pola pemberian makanan pada balita? dan adakah
teknik-teknik tertentu dari masyarakat untuk menghadapi keterbatasan akses pada
makanan, konsumsi dan ketersediaan makanan selama musim-musim tertentu.
Diagram
venn digunakan untuk mengetahui hubungan suatu institusi/lembaga yang ada atau
memiliki program di desa tersebut dengan masyarakat. Tujuan dari alat ini
adalah untuk mengetahui pengaruh masing-masing lembaga dalam kehidupan
masyarakat serta untuk mengetahui harapan-harapan dari masyarakat untuk
keberlanjutan hubungan kedua belah pihak kedepannya. Setelah istirahat makan
siang dilanjut dengan pengenalan metode baru yang coba untuk dikembangkan oleh
Plan Indonesia kaitannya dengan “BIAAG Campaign” yaitu Metode Pengembangan Aset
yang lebih dikenal dengan “Asset Building Methodology”.
Sedang melakukan refreshing dengan Games "Tembak Negara" |
Hari ketiga PRA
mengalami kendala. Ternyata sebagian besar peserta tidak hadir dikarenakan
ternyata mereka mendapat undangan dari kecamatan untuk melakukan proses
pembuatan e-KTP. Haduuuhh.. jadwal yang sudah direncanakan, harus dirombak
total. Oke… hari ketiga kali ini cukup diisi dengan proses analisis masalah
serta pembuatan rencana aksi/POA (Plan of Action) dengan peserta yang hadir ala
kadarnya. Hari keempat PRA, jumlah peserta kembali seperti semula yaitu 13
orang, hanya 1 yang tidak hadir, lagi-lagi karena e-KTP, tapi yasudahlah bukan
termasuk masalah yang besar kok.
Hari keempat PRA ini masih diisi dengan
penyusunan rencana aksi. Ada 2 POA yang menurut saya menarik untuk dibahas.
Yang pertama adalah rencana aksi untuk membentuk “Posyandu Remaja”, Wooww.. Ide
brilliant sekali menurutku. POA ini berhasil dicetuskan oleh para peserta
mengingat selama ini mereka hanya melihat para balita saja yang dipantau
perkembangan, pertumbuhan dan kesehatannya. Sedangkan untuk anak diatas 5 tahun
sudah tidak dipantau lagi, padahal banyak anak-anak yang lebih dari umur itu
terserang sakit dan terlihat kurus. Selain itu, Posyandu ini diharapkan dapat
menjadi salah satu tugas dan tanggung jawab Karang taruna desa Woko yang baru
saja terbentuk. Terima kasih untuk duet maut nya peserta PRA dan mbak Arie Ramadhaani selaku fasilitator sebagai pihak yang mencetuskan ide luar biasa
itu.
POA kedua yang menurutku menarik
adalah “Budidaya ikan air tawar” sebagai salah satu upaya dalam proses
pemanfaatan pekarangan. Kalau di desa-desa lain, denplot untuk pemanfaatan pekarangan lebih ditekankan
kepada pemanfaatan untuk penanaman
komoditi sayur dan buah, akan tetapi di desa Woko ini berbeda. Seperti ulasan
pada awal paragraf sebelumnya, masing-masing kepala keluarga rata-rata sudah
bisa memanfaatkan lahan pekarangan nya sehingga untuk stok sayur dan buah
mereka cukup berlimpah. Mengapa harus ikan? Karena mereka memang kesulitan
untuk mendapatkan ikan-ikan tersebut (masyarakat
Woko sebagian besar tinggal di perbukitan dan jauh dari laut).
Diskusi ABM |
Setelah semua
POA tersusun, tibalah pada proses final dari seluruh rangkaian kegiatan PRA
yaitu pembentukan tim desa yang nantinya akan bekerja bersama dengan Plan untuk
menangani permasalahan gizi yang ada di desa mereka. Tim ini nantinya
diharapkan mampu untuk menjadi garda terdepan yang bertanggung jawab untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa Woko khususnya di bidang kesehatan
dan gizi. Terpilihlah bapak Lalu Tawakkal Wardana sebagai Ketua. Pembentukan
tim dilanjutkan dengan pemilihan anggota-anggota yang lain. Tim desa ini diberi
nama tim “Woko ASRI” kepanjangan dari (Anak Sehat Remaja Idaman). Sebuah nama yang cukup
unik. Ya.. sangat unik, sama seperti orang-orangnya.
Para Punggawa Pengawal Garda Depan Woko |
Bapak Ketua Terpilih |
Terima kasih bapak-bapak, ibu-ibu, mas dan mbak!!
4 hari belajar bersama
dengan orang-orang luar biasa…
4 hari belajar bersama
dengan orang-orang yang menyenangkan…
4 hari belajar bersama
dengan orang-orang cerdas..
4 hari belajar bersama
dengan orang-orang unik..
4 hari belajar bersama
dengan orang-orang yang penuh ciri khas dan berkarakter satu sama lain..
4 hari yang
memberikan banyak pembelajaran berharga untuk saya. Betapa beruntungnya saya
bisa mengenal mereka. Satu hal yang begitu membekas dalam ingatan saya tatkala
pak Lalu menyampaikan kesan dan pesannya dalam kegiatan ini, “Semoga kegiatan
Plan tidak hanya sampai disini saja, tapi bisa terus berlanjut. Semoga program
Plan yang lain juga bisa masuk lebih banyak di sini. Anggaplah desa kami sama
seperti desa yang lain sehingga kami tidak lagi merasa termarginalkan”. Ya
Tuhan, sebuah pesan yang cukup singkat, tetapi begitu membekas dalam ingatan.
Memang kalau boleh dibilang desa Woko merupakan desa yang baru saja didampingi
oleh Plan Dompu kira-kira sekitar tahun 2010. Masih baru sekali dibanding
desa-desa lain yang sudah bertahun-tahun didampingi oleh Plan bahkan semenjak
Plan masuk di kabupaten Dompu. Kalau melihat desa-desa lain yang mungkin sudah
maju, sudah punya komite ini itu, sudah punya Perda, sudah menerapkan ini dan
itu. Sedangkan di Woko??? Layaknya seperti bayi yang baru belajar merangkak.
Mereka butuh dampingan lebih, mereka juga butuh intervensi lebih mendalam,
padahal tak lama lagi Plan Indonesia akan meninggalkan kabupaten Dompu dan
menerapkan intervensi di kabupaten lain. Inilah sebenarnya alasan mendasar yang membuat saya tetep
“kekeuh” menjadikan desa Woko sebagai desa pilot untuk CAI-MCN Project.
Keinginan itu
semakin kuat manakala mendengar pesan dan harapan dari peserta PRA. Saya tahu,
ini tidaklah mudah, apalagi mengingat akses menuju desa Woko yang terbilang
cukup sulit, keadaan lingkungan, jarak yang membentang antara satu dengan yang
lainnya, membuat semua harapan itu menjadi sesuatu hal yang agak mustahil untuk
direalisasikan. Walaupun demikian, saya tetap optimis. Ada semangat membara
dibalik tawa mereka, ada keinginan yang kuat untuk maju dari candaan mereka,
dan ada hasrat untuk bangkit dari keterpurukan dibalik senyum ramah tak
tergantikan.
Semoga
kedepannya diberikan kemudahan oleh Allah SWT.
Amiin ya Robbal A’lamiin..
Orang
yang beruntung adalah mereka yang keadaannya pada hari ini senantiasa lebih
baik dari hari-harinya kemarin…
Merekalah
yang memaknai kata belajar dalam pengertiannya yang mendalam, untuk kemudian
punya keinginan untuk berubah dan maju menyongsong tantangan ….
Wallahua’alam Bis Showab
Whaowww...
ReplyDeleteMembaca ini, mengingatkanku kalo notulensi punyaku belum direkapp dan diperbaiki. Yakkk.. terimakasii sudah mengingatkan hal yang menyakitkan itu nakk.. *hiks* :P
notulensi yang mana mbak?? #clingakclinguk
Deleteuih..keren y mbak bekerja pada suatu NGO.,
ReplyDeletebanyak hal2 baru yang berbeda dengan teori yg tlah di ajarkan.,
jadi pengen,langsung bersinggungan sma masyarakat. :D
nice post :)
ReplyDeleteditunggu kunjungan baliknya yaah ,