Ini hari sabtu, dan kami masih sibuk menjalani kegiatan PRA
bersama masyarakat desa. Ya… ini memang sudah menjadi konsekuensi ketika kita
sudah memutuskan untuk bekerja di bidang Community Development a.k.a
Pemberdayaan Masyarakat. Kami bekerja untuk melayani mereka dan kegiatan yang
kami lakukan pun harus menyesuaikan dengan dinamika yang terjadi di masyarakat.
Yap.. kesempatan kali
ini akan saya manfaatkan untuk bercerita mengenai hal-hal baru yang membuat
saya surprise beberapa hari yang lalu.
“Kebahagiaan seorang
fasilitator itu: ketika orang yang difasilitasi, berhasil memfasilitasi kembali
suatu proses dengan sangat baik” (Nurhasanah
- NPO CAI-MCN)
Sebaris
kalimat diatas merupakan kalimat milik officer kami yang akrab disapa Mbak Nu.
Kalimat tersebut beliau ucapkan manakala kami berdiskusi mengenai sesuatu yang
berbeda diluar dari prediksi kami. Salah satu fasilitator yang telah dilatih
mampu memfasilitasi salah satu tools PRA yang tingkat kesulitannya cukup tinggi
(Officer kami pun mengakuinya).
“ihh..
whaoow.. Mbak Nu, Abah Edo keren banget!” Itulah kalimat pertama yang keluar
ketika seorang Abah Edo berhasil menyelesaikan sesi “Kalender Musim” tepat
waktu. Terharu.. itu sudah pasti.
“Hal itu bisa terjadi
karena kita memberikan mereka kesempatan dan yakin bahwa mereka bisa”,
Tegas Mbak Nu.
Tegas Mbak Nu.
Yap.. pelajaran yang amat sangat
berharga. Kata Kuncinya sudah sangat jelas: Memberi Kesempatan dan Yakin. Tak banyak orang yang mempunyai
pemikiran seperti itu. Hal ini membuat saya merasa amat sangat beruntung berada
1 tim bersama dengan beliau.
Sampai akhirnya, siang tadi kami
bercerita banyak sekali. Ya.. saya menceritakan kekhawatiran ibu manager kami
saat pertama kali memulai project pada bulan Maret lalu.
“El, Kalian di Sikka sudah kuat
ini tim nya. Ada kamu dan Yovita yang sudah punya pengalaman, PME kalian pun
sudah ada. Lengkap lah Pokoknya. Saya masih agak khawatir untuk tim di Dompu
karena fasilitatornya dua2nya masih fresh graduated, walaupun ada Mbak Nur yang
sudah berpengalaman”.
Ibu manager mengatakan itu ketika
saya masih menjalani masa orientasi di CO (Country Office) Jakarta. Jujur saja,
kalimat beliau membuat saya merasa “jiper”. Tapi di sisi lain, perkataan beliau
menjadi cambuk untuk diri saya.
“Trus kenapa memangnya kalau kami
masih fresh graduated? Fresh graduated yang gimana dulu?”
Andai dulu udah jamannya woow..
mungkin saya akan bilang seperti ini, “Trus kenapa mbak, saya mesti salto
sambil bilang Wooww gitu”.. hahaha Ngawuurrr.. Balik lagi ke topik semula.
“Kalau begitu, saya akan buktikan
bahwa kami bukanlah fresh graduated sembarangan dan tidak selamanya merekrut
orang yang sudah berpengalaman menjadi jaminan keberhasilan suatu program”.
Mungkin saya dan Mbak Arie masih
tergolong orang yang idealis. Tentu saja, karena kami masih muda dan orientasi
kerja kami bukan hanya sekedar mencari pemenuhan materi. Ada misi yang yang
harus kami selesaikan ketika kami sudah memutuskan untuk memulai, dan ada
tanggung jawab moral yang harus kami penuhi disana.
Dan.. waktu 6 bulan.. terlewati
sudah…
Sampai akhirnya mbak Nu
menceritakan tentang review IAP part #2 nya dari ibu manager. Beliau tidak
memberitahu banyak, hanya sebuah kalimat singkat yang menyatakan bahwa “Tim
Dompu sudah bagus”.
“Kalian sudah belajar banyak dan
berkembang sangat pesat selama 6 bulan ini”. Ujar Mbak Nu.
Ya.. setidaknya kami selangkah
lebih maju dari tim Sikka dalam hal Spending dan banyaknya implementasi
kegiatan yang sudah dilakukan. Meskipun dengan segala keterbatasan yang kami
miliki. Mendengar berita itu membuat senyum saya kembali merekah.
“Apa saya pernah sedikitpun
mengeluh tentang kinerja kalian selama ini?”
‘Nggak, Mbak Nu”.
“Saya tidak akan membatasi akses
kalian untuk berinteraksi langsung dengan para petinggi di CO (baca: Ibu
Manager cs). Jangan terlalu kaku lah, hanya karena kalian adalah NPF dan itu
sebenarnya merupakan tugas seorang Officer untuk berkoordinasi langsung dengan
PM. Buktinya saya membiarkan kalian belajar membuat dan mengirim TOR langsung
ke ibu manager, dan bahkan Arie pun sampai berdiskusi panjang hampir 20 menitan
di telepon”.
Kami pun tertawa lepas.
“Kalian buat TOR, kirim langsung.
Diklarifikasi sama project Manager. PM Oke, Approve.. Kegiatan jalan!!!”, Tukas
mbak Nu yang menanggapi cerita teman seprofesinya di Sikka yang saat ini sedang
kebingungan soal kegiatan.
“Apakah Yulia sudah berhasil
membuktikan sekarang?”
“Ya.. saya akan berusaha
membuktikan mbak Nu”.
“Kalau saya jadi Yulia, saya
tidak akan menjawab seperti itu”
“Trus saya mesti jawab apa mbak
Nu?”
“Kalau saya jadi Yulia ketika
ditanya seperti itu saya akan menjawab: Ya.. saya sudah berhasil membuktikannya
sekarang!”
Mbak Nu pun tersenyum.
(Sempat terbengong beberapa
saat.. sampai akhirnya saya mengerti maksud dari ucapannya Mbak Nu) :)
Dan.. lagi-lagi saya
terharuuuuuu!!! Aaahhh.. Mbak Nuu…
Kami tidak butuh officer yang
tidak hanya sekedar kaya akan pengalaman,
Kami tidak butuh officer yang banyak mengeluh,
Karena kami sudah memiliki
officer yang memberikan kami kesempatan yang seluas-luasnya untuk belajar dan berkembang
melalui sebuah proses, dan yakin kalau kami mampu melakukannya.
Terima kasih mbak Nu :)
Mengutip salah satu dialog di acara 'Justin Bieber: Never Say Never',...
ReplyDeleteBanyak pihak yang meremehkan kami, dan saya hanya bisa berharap bahwa hal itu akan berlangsung terus menerus, karena dari sanalah kami mendapat kekuatan untuk terus berjuang, tanpa menyerah, sebelum kami mencapai keberhasilan itu... :)
Indahnya Hidup Berbagi...
ReplyDelete